Jurnal Produksi Benih
IMBIBISI
PADA BENIH HIDUP DAN MATI
Oleh
:
Aryan
Yudha Viantama Aji
201410200311049
201410200311049
ABSTRAK
Proses Imbibisi
menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta memicu
perubahan metabolik pada embrio sehingga dapat melanjutkan pertumbuhannya. Enzim-enzim akan menghidrolisis bahan-bahan
yang disimpan dalam kotiledon dan nutrient-nutrien di dalamnya. Enzim yang berperan dalam hidrolisis cadangan
makanan adalah enzim α-amilase, β-amilase dan protease (Surya, 2010). Tujuan
dari praktikum ini yaitu mengetahui perbedaan imbibisi pada benih hidup dan
mati. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu oven, timbangan analitik,
petridish, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu biji jagung, kacang
tanah, aquadest dan Polyethylene Glycol
(PEG). Kesimpulan dari praktikum ini yaitu, dalam kondisi benih mati ternyata
masih dapat melakukan proses imbibisi akan tetapi tidak sebesar lajunya saat
benih tersebut dalam keadaan hidup.
Kata Kunci : Imbibisi, Benih mati dan
hidup, Polyethylen Glycol
PENDAHULUAN
Imbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan
kulit pembungkusnya serta memicu perubahan metabolik pada embrio sehingga dapat
melanjutkan pertumbuhannya. Enzim-enzim
akan menghidrolisis bahan-bahan yang disimpan dalam kotiledon dan
nutrient-nutrien di dalamnya. Enzim yang
berperan dalam hidrolisis cadangan makanan adalah enzim α-amilase, β-amilase
dan protease (Surya, 2010).
Air
mula-mula diabsorpsi oleh biji kering menyebabkan kandungan air biji-biji
meningkat secara cepat dan merata. Dalam kondisi absorpsi (penyerapan)
permulaan melibatkan imbibisi air oleh koloid dalam biji kering, melunakkan
kulit biji dan menyebabkan hidrasi dalam protoplasma, biji membengkak dan kulit
biji pecah. Imbibisi merupakan proses fisika dan dapat terjadi juga dalam biji
mati, dalam memacu perkecambahan absorpsi air terjadi dalam 3 (tiga) tahap
yaitu, untuk kenaikan awal kadar air biji dari 40% sampai dengan 60% ekuivalen
dengan 80% hingga 120% bobot keringnya. Tahap perlambatan setelah radikel
muncul. Kenaikan selanjutnya sampai 170% - 180% dari bobot keringnya, pada saat
bibit tumbuh. (Faris, 2011)
Imbibisi
sangat memerlukan banyak energi, sehingga benih yang hidup lkan menyediakan
energi lebih banyak dibanding benih yang mati (Syaiful, 2009). Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu mengetahui perbedaan imbibisi pada benih hidup dan
mati.
BAHAN
DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum
Kegiatan praktikum dilaksanakan di
laboratorium Agronomi Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 08 November
2017.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu oven,
timbangan analitik, petridish, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu biji
jagung, kacang tanah, aquadest dan Polyethylene
Glycol (PEG).
Prosedur Praktikum
Pada praktikum imbibisi pada benih hidup dan mati,
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan lalu
menimbang dua kelompok benih dan mencatat hasil penimbangannya. Kelompok
pertama dipanaskan pada suhu 170 C selam 24 jam. Kelompok lain dibiarkan tidak
dipanasi. Lalu kelompok benih direndam dalam air destilasi selama satu jam,
masing-masing ditimbang kembali dan catat hasil penimbangannya. Setelah itu
tentukan presentasi peningkatan bobot benih, yang disebabkan oleh tambahan air.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Ulangan
|
Perlakuan
|
Jagung
|
Kacang Tanah
|
||||
BA
|
BSP
|
%Pngktan
|
BA
|
BSP
|
%Pngktan
|
||
U1
|
Mati
|
2,851
|
3,253
|
14,1
|
3,285
|
3,673
|
11,81
|
Hidup
|
2,87
|
3,110
|
8,3
|
3,837
|
4,246
|
10,6
|
|
U2
|
Mati
|
3,11
|
3,46
|
35
|
3,286
|
3,253
|
0,97
|
Hidup
|
3,384
|
3,58
|
47
|
3,10
|
3,522
|
42,2
|
|
U3
|
Mati
|
3,13
|
3,60
|
15,61
|
3,285
|
3,253
|
0,97
|
Hidup
|
3,557
|
3,67
|
3,18
|
2,96
|
3,322
|
12,2
|
|
U4
|
Mati
|
3,057
|
3,192
|
4,4
|
3,285
|
3,253
|
0,97
|
Hidup
|
2,89
|
3,124
|
8,09
|
3,825
|
4,515
|
18,04
|
|
U5
|
Mati
|
2,793
|
2,920
|
4,5
|
3,285
|
3,253
|
0,97
|
Hidup
|
4,021
|
4,422
|
9,9
|
3,809
|
4,617
|
21,2
|
Hasil praktikum diatas dari ulangan
satu (U1) hingga ulangan ke empat (U4) dapat diketahui bahwa imbibisi pada
benih mati tidak terjadi atau tidak sebanyak imbibisi pada benih yang hidup.
Hal ini dapat diketahui bahwa biji yang kering atau biji yang mati masih dapat
melakukan imbibisi namun tidak dapat memperlancar laju metabolisme pada benih,
sehingga biji hanya menggelembung (Ardian, 2008).
Oleh karena itu, nilai imbibisi
pada benih mati lebih rendah jika dibandingkan dengan bobot benih hidup yang
lebih tinggi.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini
yaitu, dalam kondisi benih mati ternyata masih dapat melakukan proses imbibisi
akan tetapi tidak sebesar lajunya saat benih tersebut dalam keadaan hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardian, N.,
Junaidah, K. Trisaputra, dan Nasrun.
2008. Imbibisi pada tanaman kecipir rambat. Kanisius Yogyakarta
Faris,
S.H. 2011. Teknik perkecambahan dan proses imbibisi pada
benih kulit tebal. Buletin UNS. Solo
Surya,
K.L. 2010. Penelitian Teknik Budidaya, Persyaratan
Tumbuh serta faktor perkecambahan benih hortikultura. Gramedia. Jakarta
Syaiful, B 2009. Dasar
– dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Penerbit Andi Yogyakarta, 56 – 69..
Komentar
Posting Komentar