Jurnal Produksi Benih
IMBIBISI PADA
PERKECAMBAHAN BENIH
LUAS PERSINGGUNGAN
ANTARA BENIH DAN AIR TANAH
Oleh:
Desyta
Nuriana Wirasto
201410200311070
Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246,
Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul - molekul
air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan kemudian
molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi dapat berlangsung
bila ada daya ikat yang kuat antara imbiban (substansi penyerap air) dan air
dari lingkungan sekitarnya. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air
dari lingkungan sekitar niji, baik tanah, udara maupun media tanam lainnya.
Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran bji yang disebut tahap
imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekitarnya, baik dari tanah maupun
udara dan biji akan melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah
enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara
giberelin meningkat. Tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu
untuk menjelaskan bagaimana soil water potensial, persinggungan antara benih
dan air tanah, dan hambatan hidrolik tanah mempengaruhi imbibisi. Praktikum ini
menggunakan seedbox yang berisi media tanam berupa pasir yang kemudian pada
bagian atas ditutup sterofoam yang telah diberi lubang tanam. Kemudian benih
kacang tanah ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia. Pengamatan
dilakukan selama 7 hari hingga muncul perkecambahan. Hasil pengamatan didapati
perkecambahan yang paling banyak tumbuh pada lubang tanam yang berukuran kecil
sedangkan pada lubang tanam yang berukuran sedang jarang didapati
perkecambahan. Hal ini disebabkan karena faktor ukuran lubang tanam yang
berukuran kecil, sehingga penyerapan airnya cepat dan menyebabkan pada lubang
tanam yang berukuran kecil didapati perkecambahan yang banyak. Selain itu faktor
media tanam berupa pasir juga berpengaruh karena media tanam pasir memiliki
pori-pori yang besar.
Kata
Kunci : Imbibisi, Kacang Tanah, Media Pasir
PENDAHULUAN
Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul -
molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan kemudian
molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi dapat
berlangsung bila ada afinitas (daya ikat) yang kuat antara imbiban (substansi
penyerap air) dan air dari lingkungan sekitarnya. Imbibisi merupakan salah satu
gejala fisika yang penting pada tumbuhan. Penyerapan air oleh imbiban ini
mengawali proses perkecambahan. Jenis biji yang satu dengan biji yang lain
banyak mengalami perbedaan dalam proses penyerapan air. Kecepatan imbibisi pada
biji berbeda-beda. Penyerapan air oleh imbiban juga berbeda ketika diletakkan
pada suhu yang berbeda.
Perkecambahan merupakan
pemulaan kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu
yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan ongkos yang cukup bagi
satu spesies mungkin tidak demikian bagi yang lain, namun untuk setiap spesies
harus dipenuhi tiga kondisi. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi
perkecambahan banyak biji terbuka cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan
persyaratan bagi perkecambahan untuk beberapa kasus. Ada biji yang hanya akan
berkecambah setelah lama terkena cahaya matahari. Sebaliknya perkecambahan biji
tumbuhan gurun pasir tertentu justeru terhalang kalau terkena cahaya terlalu
lama ( Kimball, 1992).
Perkecambahan diawali dengan
penyerapan air dari lingkungan sekitar niji, baik tanah, udara maupun media tanam
lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran bji yang disebut
tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekitarnya, baik dari tanah
maupun udara dan biji akan melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan
sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya,
sementara giberelin meningkat. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan
yang normal sekelompol faktor transkripsi yang mengatur auksin direndam oleh
mRNA. Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif
melakukan mitosis, seperti di ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula semakin
besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya
pecah (Lafitte, 2004).
Salah satu perilaku pertumbuhan dan perkembangan jenis ini adalah proses
perkecambahan biji serta pertumbuhan semai setelah perkecambahan tersebut.
Perkecambahan adalah proses terbentuknya kecambah (planula). Kecambah sendiri
didefinisikan sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan hidupnya
masih tergantung pada persediaan makanan yang terdapat dalam biji. Kecambah
tersebut akan berkembang menjadi semai/ anakan/ seedling, yang pada tahap
selanjutnya akan tumbuh menjadi tumbuhan yang dewasa (Mudiana, 2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain: tingkat kematangan benih, ketidaksempurnaan
embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji. Di samping faktor
internal, faktor eksternal seperti suhu, air, dan oksigen maupun cahaya juga
mempengaruhi perkecambahan biji. Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih
tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian, 2008).
Air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Jumlah air yang dibutuhkan
bervariasi tergantung pada spesies yang ada. Misalnya seledri memerlukan
kandungan air tanah dekat kapasitas lapang, sedangkan tomat akan berkecambah
dengan kandungan air tanah di atas titik layu permanen. Untuk kebanyakan benih,
kondisi lewat basah sangat merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang
kondisi favortabel untuk perkembangan penyakit (Harjadi, 2002).
Tujuan
dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk menjelaskan bagaimana soil water
potensial, persinggungan antara benih dan air tanah, dan hambatan hidrolik
tanah mempengaruhi imbibisi.
BAHAN
DAN METODE
Tempat
Dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas Muhammadiyah Malang pada
bulan Oktober 2017.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini ialah seedbox, sterofoam, alat
tulis.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini ialah kacang tanah dan pasir.
Prosedur
Praktikum
Mengisi seedbox dengan
media tanam berupa pasir hingga batasan tertentu. Setelah seedbox berisi pasir
siap, kemudian diberi air hingga pasir tersebut basah. Menutup permukaan pasir
dengan sterofoam yang telah di lubangi dengan ukuran dan jarak tanam yang telah
di tentukan. Membuat lubang tanam pada seedbox agar saat penanamannya mudah,
kemudian biji kacang tanah ditanam dalam seedbox yang telah diberi lubang
tanam. Pengamatan dilakukan setelah 7 hari penanaman dan menghitung jumlah
benih yang berkecambah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil luas persinggungan antara
benih dan air
Ulangan
|
Besar
|
Sedang
|
Kecil
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
3
|
1
|
0
|
2
|
4
|
1
|
0
|
2
|
5
|
2
|
1
|
2
|
Tabel diatas menunjukkan jumlah
benih kacang tanah yang tumbuh dalam seedbox dengan ukuran lubang tanam yang
berbeda. Diketahui perbandingan dari 5 ulangan, bahwa pada lubang tanam yang
berukuran sedang, perkecambahan benih tidak banyak yang tumbuh. Sedangkan, pada
lubang tanam yang berukuran kecil terdapat banyak benih yang berkecambah. Hal
ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan dalam
penyerapan air. Salah satu faktornya ialah luas permukaan biji yang kontak
dengan air yang berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding
lurus dengan kecepatan penyerapan air ( Jann dan Amen dalam Khan, 1994).
Selain itu, faktor media tanam berupa pasir
juga mempengauhi laju perkecambahan. Media pasir memiliki pori-pori besar,
sehingga kurang baik menahan air, dengan kondisi suhu di atas rata-rata pasir akan
lebih cepat kering oleh proses penguapan. Serta kurang kuat dalam menyokong tanaman.
Pori-pori atau rongga yang besar akan mengakibatkan penguapan yang berlebih pada
media.
KESIMPULAN
Hasil dari pengamatan praktikum ini
dapat diketahui bahwa lubang tanam dan jarak tanam mempengaruhi laju
pertumbuhan perkecambahan. Selain itu juga pada media tanam berupa pasir yang
memiliki pori-pori besar sehingga mengakibatkan kurang baik menahan air serta
kurang kuat dalam menyokong tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardian.
2008. Effect of heating treatment and heating time on the germination of coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia
11: 25-33.
Harjadi,
M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Kimball, J. W. 1992. Biology. Fifth Edition. Addison-Wesley Publishing Company, New York.
Lafitte, H. 2004. Abiotic
stress tolerance in rice for Asia:
progree and the future. Symposia
3: 6 – 17.
Mudiana, D. 2007.
Germination of Syzygium cumini
(L) skeells. Biodiversitas 8: 47.
Komentar
Posting Komentar