Jurnal Produksi Benih
Pengaruh
Kadar Air Media Terhadap Imbibisi Air
The
influence of Water Content on Water Imbibition
Oleh
:
Nadya Akana
201410200311122
Jurusan Agronomi, Fakultas
Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp. 0341-464318-319
Fax. 0341-460435, 460782 Malang 65144
ABSTRAK
Air berpengaruh
terhadap pertumbuhan karena fungsinya dalam metabolisme sangat besar. Selain
menentukan turgor sel sebelum sebelum membelah atau membesar, air juga akan
menentukan kecepatan reaksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar air akan
mempengaruhi kadar hormon di dalam tubuh tumbuhan.Tujuan dari praktikum ini
ialah mampu mendefinisikan istilah imbibisi air dan arti penting imbibisi pada
perkecambahan benih, membahas proses fisiologis yang berkaitan dengan imbibisi
pada benih ,membedakan komposisi dan permeabilitas benih antar spesies tanaman
yang berpengaruh terhadap tingkat imbibisi. Metode praktikum tersebut yang
pertama menyiapkan larutan PEG dengan ppotensial osmotic,dengan cara melarutkan
PEG masing-masing sebanyak 0 g, dan 32,5 g per 100 ml air destilasi, kemudian
siapkan 3 kelompok benih, menyiapkan 2 cawan petri ,memasukkan dengan hati-hati
100 ml larutan PEG percawan petri, sebanyak 20 benih di siapkan di cawan petri,
menutup permukaan atas cawn petri, simpan semua cawan petri kedalam dark
germinator pada suhu 25 0c selama 7
hari. Hasil dari praktiku tersebut ialah dapat diketahui bahwa kacang
tanah yang diolesi vaselin pada semua ulangan tidak mengalami perubahan
perkecambahandan benih jagung sangat mengalami perubahan di setiap
pengamatannya, hal ini disebabkan karena vaselin mengandung bahan yang pekat
sehingga menghambat perkecambahan.
Kata
Kunci :biji, imbibisi, air
PENDAHULUAN
Proses
perkecambahan dimulai dengan imbibisi biji. Imbibisi adalah pengambilan air
yang terjadi pada saat biji dalam keadaan kering yang tidak mempunyai kulit
biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air sebagaimana biji tanah.
Imbibisi merupakan suatu prasyarat dalam prubahan-perubahan metabolik di dalam
biji dan pertumbuhan sel di dalam embrio. Pada saat air masuk, maka bahan-bahan
yang berupa koloid, terutama protein cenderung untuk menggembung dan
penggembungan ini sering kali bertanggung jawab dalam pemecahan kulit biji. Adapun
proses masuknya air kedalam biji terdapat berbagai cara antara lain: masuk
secara imbibisi (perembesan) dengan menggunakan bagian kulit biji, dan secara
difusi dengan menggunakan organ raphe, mikrofil, dan hilum. Biji
merupakan suatu alat perkembangbiakan tumbuhan, agar biji dapat berkecambah
menjadi tumbuhan baru maka biji tersebut memerlukan air dari lingkungannya.
Masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Imbibisi merupakan
peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang mempunyai pori-pori
cukup besar sehingga mampu melewatkan molekul-molekul air, kemudian molekul air
tersebut menetap di dalam zat tersebut. Air memegang peranan yang terpenting
dalam proses perkecambahan biji karena merupakan salah satu faktor untuk
berlangsungnya proses perkecambahan. Proses imbibisi air oleh benih sangat
dipengaruhi oleh komposisi kimia benih, permeabilitas benih dan jumlah air yang
tersedia, baik air dalam bentuk cairan maupun uap air disekitar benih (Sari,
2012) Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi
di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu
proses difusi dan osmosis. Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari
larutan yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di
dalam biji yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi sedangkan proses osmosis
tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel terhadap
molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang
ada di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti
pada osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan struktur-struktur mikroskopik
dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya
menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Dengan
kata lain imbibisi terjadi oleh potential matrik (Tjitrosomo, 1985) Pada proses
imbibisi juga dipengaruhi oleh kadar atau konsentrasi larutan sama seperti pada
proses difusi dan osmosis..
BAHAN
DAN METODE
Tempat
dan Waktu Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 November 2017, bertempat pada
Laboratorium Agronomi UMM.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini ialah cutter, kaca pembesar, cawan petri .
Bahan yang digunakan dalam praktikum ialah biji padi, biji jagug, kedelai, biji
kacang tanah dan air
Metode
Praktikum
Tahapan Kegiatan
Menyiapkan
larutan PEG dengan potensial osmotic, melarutkan PEG masing-masing sebnayak 0 g
dan 32,5 g, menyiapkan 3 kelompok benih
yaitu kedelai, jagung dan kedelai yang hilumnya diolesi vaselin, siapkan
sebanyak 2 cawan petri untuk masing-masing kategori benih, masukkan dengan
hati-hati 100 ml larutan PEG per cawan petri (sesuai perlakuan) kedalam cawan
petri, sebnyak 20 benih diletakkan di cawan petri , menutup permukaan atas
cawan petri.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel pengaruh kadar air media terhadap
imbibisi air
Ulangan
|
Kelompok benih
|
0
|
-20
|
U1
|
k.tanah(vaselin)
|
0
|
0
|
|
Kc Tanah
|
1
|
0
|
|
Jagung
|
2
|
5
|
U2
|
Kc tanah(vaselin)
|
0
|
0
|
|
Kc Tanah
|
0
|
0
|
|
Jagung
|
8
|
2
|
U3
|
Kc Tanah(vas)
|
0
|
0
|
|
Kc tanah
|
1
|
0
|
|
Jagung
|
5
|
2
|
U4
|
Kc Tanah (vas)
|
0
|
0
|
|
Kc tanah
|
0
|
0
|
|
Jagung
|
5
|
4
|
U5
|
Kc tanah (vas)
|
0
|
0
|
|
Kc tanah
|
0
|
0
|
|
Jagung
|
6
|
0
|
Hasil table diatas
dapat diketahui bahwa kacang tanah (Vaseline) pada semua ulangan tidak
mengalami perubahan perkecambahan . Dari table diatas diketahui bahwa benih
jagung mengalami perkecambahan yang paling banyak jika dibandingkan dengan
kelompok benih yang lainnya. Hal ini disebabkan karena vaselin mengandung zat
yang pekat sehingga menghambat perkecambahan. Selain itu penambahan PEG semakin
tinggi maka semakin sedikit embrio somatic yang dihasilkan . Hal itu karena
pengaruh sifat PEG yang dapat mengikat air dan mempunyai berat molekul sehingga
menyebabkan penurunan potensi air dalam medium (Sunardi,2000)
DAFTAR
PPUSTAKA
Ashari,
S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Bewley.
J. D and Black M. 1992. Seeds Physiology Of Development and Germination. Plenum
Press. New York.
Devlin,
R. M and F. H. Witham. 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing Company.
California.
Fitter,
A. H and R. K. M. Hay. 1990. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta.
Goldswothy,
P. R and Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Http://www.Faperta.UGM.ac.id/buper.
2008. Imbibisi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2008. Page 1-3.
Http://www.Tedbio.multiply.com.
2008. Transportasi pada tumbuhan. Diakses pada tanggal 8 November 2008. Page
1-2.
Http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan.
2008. Perkecambahan. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2008. Page 1.
Heddy,
S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Sari,
2012. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Stern,
K. R, S. Jansky and J. E. Bidlack. 1998. Introductory Plant Biology. Mc Graw
Hill. New York.
Thompson,
J. R. 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill.
Komentar
Posting Komentar