Jurnal Produksi Benih

Ekstrasi Basah Pada Buah Melon (Cucumis melo L.) dan Tomat (Licopersicum esculentum Mill.) Serta Ekstrasi Kering Pada Buah Cabai ( Capsicum annum L.) dan Sirsat (Annona muricata L.)

Resindra Purwa Nuriswara
201410200311096

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Telp. (0341) 464318 Fax: +62 341 460782 Website www.umm.ac.id
ABSTRAK
Benih memiliki peran langsung dalam peningkatan pembangunan pertanian dimana varietas unggul dan benih bermutu yang mempengaruhi produksi dan produktivitas serta efisiensi, mutu, dan daya sainghasil pertanian. Untuk mendapat kan produk benih yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh proses-proses produksi didalamnya. Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya. Metode ekstrasi ada 2 yaitu, ada ekstrasi kering dan ekstrasi basah. Ekstraksi basah dilakukan pada buah melom dan buah tomat dan 2 cara yaitu secara kimia dan fermentasi. Ekstraksi basah secara kimia dilakukan dengan perendaman HCl sedangankan secara fermentasi dilakukan perendaman dengan air.  Ekstrasi kering dilakukan pada benih cabai dan benih sirsak. Hasil pengaplikasian dari kedua metode tersebut terlihat ekstraksi buah basah menghsailkan kadar eir terendah pada buah melon dengan cara fermentasi serta cara fermentasi terbukti makmu membersihkan bineh dari lendir-lendir yang menyelimut. Ekstraksi basah dengan cara kimia terbukti efektif menghilangkan penyakit pada benih yang disebabkan oleh virus, bakter, dan jamur. Ektraksi kering menunjukan kadar air terendah pada benih sirsak, hal ini diduga biji sirsak memiliki karakteristik yang keras dan tebal sehingga mempengaruhi proses imbibisi benih.
Kata Kunci : Benih, ekstraksi basah, ekstraksi kering


PEDAHULUAN
Benih memiliki peran langsung dalam peningkatan pembangunan pertanian dimana varietas unggul dan benih bermutu yang mempengaruhi produksi dan produktivitas serta efisiensi, mutu, dan daya sainghasil pertanian. Peran perbenihan secara makro yaitu dalam penyerapan tenaga kerja yang banyak serta mendorong perkembangan inovasi dan teknologi untuk menghasilkan produk benih yang semakin baik. Jika kebutuhan benih yang berkualitas terukupi maka suatu negara semakin dekat dengan ketahanan pangan. Produk pertanian akan memiliki daya saing dibandingkan negara lain serta petani yang semakin sejahtera. Untuk mendapat kan produk benih yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh proses-proses produksi didalamnya. Mulai dari proses awal pemanenan benih sampai distribusi. Proses pemanenan atau ekstraksi benih sangat menentukan kualitas benih yang akan di produksi, dimana harus sesuai dengan stansrt dan ketentuan yang ada. (Wirawan, 2012).
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya.
Upaya untuk mempertahankan mutu fisik dan fisiologis benih diperlukan penanganan benih secara tepat. Salah satu tahap awal penanganan benih atau Seed processing adalah Ekstrasi benih. Ekstrasi benih merupakan proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus lainnya . Metode ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari buah. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum. Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan (Schimdt, 2000 ; Willan 1985).
Metode ekstrasi terdapat 2 metode yaitu, ada ekstrasi kering dan ekstrasi basah. Ekstrasi kering adalah metode ekstrasi yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong dan jenis jenis buah yang memiliki daging buah yang kering yang dapat dilakukan secara manual. Pada cara kering menurut Schmidt (2000), benih dikeluarkan dengan mengeringkan buah dengan menggunakan alat pengering atau dengan cara menjemur buah di bawah sinar matahari yang lebih baik, akan tetapi dapa dilakukan dengan pengeringan menggunakan tisu untuk menyerap air.  Sedangkan ekstrasi basah dilakukan terhadap jenis jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica (Kuswanto, 2003). Ekstraksi basah, dilakuakn dengan merendam benih dan mencui dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah kemudian dipisahkan dengan menyaringnya di bawah aliran air. Ekstraksi basah menghasilkan benih terbersih. Ekstraksi basah terdapat metode fermentasi benih yang dilakukan dengan merendam benih dengan air pada wadah yang dilakukan tergantung suhu yang terdapat pada tempat penyimpanan semakin rendah suhu juga semakin lama prosesnya (ISTA 2000 ; Pitojo 2005).
Untuk mengetahui perbedaan dan efektifitas dari metode ekstraksi benih tersebut perlu dilakukan percobaan, dimana percobaan dilakukan pada beberapa tanamna yaitu, buah melon, buah sirsak, cabai, dan biji kedelai dengan membagi keempat tanaman tersebut kedalam ekstraksi basah maupun ekstraksi kering.
BAHAN DAN METODE
Praktikum dilakuakan pada tanggal 16 oktober 2017 bertempat di laboratorium agrotenologi 1 Fakultas Pertanian Peternakan universitas Muhammadiyah Malang.
Bahan yang digunakan dalam praktikum buah basah yang terdiri dari biji melon, biji tomat. Sedangkan buah kerig terdiri dari biji cabe, biji sirsak, beserta air dan HCL/ KNO3. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, cawan petri, timbanagan analitik, saringan, kantong plastik, kertas, gelas ukur, alat tulis, serta alat dokumentasi.
Metode yang dilaksanakan dalam praktikum ini ada 2 yakni ekstraksi kering buah dan ektraksi buah kering (kimia dan Fermentasi). Ekstrasi kering pada buah cabai dan sirsat dilakukan dengan cara mengupas buah kemudian mengambil biji, setelah itu dicuci dengan air dan keringkan dengan menggunakan tisu, seletah biji kering ditimbang berat basah benih awal kemudian keringkan selama 7 setelah itu timbang berat kering biji.
Ekstrasi basah dilakukan dengan 2 metode yaitu secara kimia dan fermentasi. Pada proses kimia buah basah ( melon dan tomat) dikupas kemudian diambil biji, setelah itu dicuci sampai bersih lalu ditiriskan, timbang berat basah biji kemudian direndam dlam larutan HCL 5 % selama 30 menit, setelah 30 menit dicuci dengan air kran lalu keringanginkan selama 3 hari, dan timbang berat kering biji.
Proses fermentasi buah basah (buah melon dan buah tomat) dikupas kemudian diambil bijinya, setelah itu mencuci biji sampai bersih lalu meniriskannya serta menimbang berat basah biji, masukkan biji yang sudah ditimbang kedalam kantong plastik yang berisi aquadest sebanyak 100 ml lalu diikat dan fermentasi selama 7 hari, setelah 7 hari dicuci yang terakhir dikeringanginkan selama 3 hari dan timbang berat kering biji.
Rumus perhitungan kadar air sebagai berikut:
KA= (y-z)/(y-x)x 100%
Keterangan:
X= bobot wadah
Y= bobot wadah+ bobot basah
Z = bobot wadah+ bobot kering
Atau dengan  rumus:
KA= (BB-BK)/BKx  100%
Keterangan :
KA = Kadar air
BK= Bobot kering
BB= Bobot Basah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari praktikum ekstraksi benih baik ekstraksi basah maupun kering pada buah  melon, tomat, cabai, dan sirsak disajikan dalam tabel 1.









Tabel 1. Ekstraksi Basah dan Ekstraksi Kering pada Buah Melon, Tomat, Cabai, dan Sirsak
Kel . Ekstrasi basah Ekstrasi Kering
Kimia Fermentasi
Melon Tomat Melon Tomat Cabai Sirsat
BB BK BB BK BB BK BB BK BB BK BB BK
1 0,792 0,553 0,314 0,147 0,784 0,556 0,257 0,051 0,231 0,153 7,732 6,084
2 0,805 0,575 0,047 0,020 0,732 0,541 0,047 0,030 0,115 0,077 8,106 6,383
3 0,606 0,422 0,074 0,020 0,603 0,414 0,035 0,018 0,113 0,075 6,902 5,096
4 0,247 0,112 0,059 0,010 0,338 0,209 0,026 0,015 0,168 0,108 8,349 6,135
5 0,588 0,340 0,103 0,038 0,625 0,420 0,046 0,017 0,173 0,072 5,380 3,825
Rata-
rata 0,608 0,400 0,111 0,047 0,616 0,482 0,082 0,153 0,153 0,097 7,294 5,505
Kadar
Air 52% 136,17% 43,906% 78,261% 57,526% 32,504%


Berdasarkan tabel diatas ekstraksi basah dengan metode fermentasi memiliki kadar air yang cenderung lebih rendah dari pada metode kimia pada semua sampel buah. Dimana fermentasi buha melon memiliki kadar air terendah yaitu 43,9% dan buah melon 78,2%. Artinya metode ekstraksi basah dengan mengguankan cara fermentasi cukup direkomendasihkan untuk buah melon. Fermentasi pada benih juga memiliki hasil yang baik teerhadap kebersihan benih dmana pada benih basah cenderung diselimuti lendir-lendir yang dapat menghambat perkecambahan maupun mempermudah benih terserang penyakit (Sutopo (2002). Namun dilihat dari efektifitas memurnikan benih dari penyakit cara kimia meliki hasil yang lebih bagus, sesuai dengan peneltian Toyodaet al., (2004) menyatakan bahwa perendaham benih ke dalam HCl memberikan respon yang positif terhadap kesehatan bibit tanaman tomat. HCl efektif menghilangkan penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. Selai itu ekstraksi basah dengan cara kimia dapet terbukti dapat mempercepat fermentasi pada bineh (Kuswanto (2003).
Hasil pada ekstraksi kering dilihat dari aspek kadar air menunjukan hasil terendah pada benih sirsak, hal ini diduga karena proses pengeringan yang cukup lama yaitu selamau 7 hari, selain itu karakteristik biji sirsak juga cenderung lebih tebal dan keras serta tidak adanya lendir yng menempel seperti buah pada ekstraksi basah, sehingga menyebabkan proses imbisi pada benih cenderung sulit (Avianita, 2006).
Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya, dan dalam batas tertentu, semakin rendah kadar air benih semakin lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya. Hal ini berlaku untuk benih-benih tipe ortodoks, termasuk benih jenis mangium (Agrawal 1980). Rendahnya viabilitas benih (daya berkecambah) dapat disebabkan oleh kadar air yang masih tinggi, karena pada kadar air yang tinggi dapat terjadi serangan cendawan. Di samping itu, kadar air yang tinggi dapat menyebabkan aktivitas fisiologis benih meningkat, sehingga dapat mempercepat penurunan mutu benih. Benih yang sudah terserang cendawan akan sulit untuk berkecambah (Sutopo 2010).
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum adalah sebagai berikut :
Ekstraksi buah basah menghsailkan kadar eir terendah pada buah melon dengan cara fermentasi serta cara fermentasi terbukti makmu membersihkan bineh dari lendir-lendir yang menyelimut.
Ekstraksi basah dengan cara kimia terbukti efektif menghilangkan penyakit pada benih yang disebabkan oleh virus, bakter, dan jamur.
Ektraksi kering menunjukan kadar air terendah pada benih sirsak, hal ini diduga biji sirsak memiliki karakteristik yang keras dan tebal sehingga mempengaruhi proses imbibisi benih.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R.L. 1980. Seed Technology. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.
Avianita, R., Erithrina , & S, S. D. (2006). Efektifitas Penggunaan Fungisida terhadap Fusarium Oxyporum pada Pengujian Benih Kacang Panjang. Jawa Timur: Makalah Seminar Validasi Metode Uji Mutu Benih.Laboratorium BPSBTPH.
ISTA International Rules for Seed Testing. 2000. Switzerland: The International Seed Testing Association. Bassersdorf.CH
Kuswanto, H. (2003). Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih . Yogyakarta: Kasinus .
Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.
Schimidt, L. (2000). Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.Departemen Kehutana Jakarta.
Sutopo L. 2010. Teknologi benih. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sutopo L. 2010. Teknologi benih. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Toyoda, K., Y. Hikichi, S. Takeuchi, A. Okumura, S. Nasu, T. Okuno dan K. Suzuki 2004. Efficient Inactivation of Pepper Mild Mottle Virus (PMMoV) i Harvested Seed in Green Pepper (Capsium annum.L) Assessed by a Revers Transcription and Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Based Amplification. Scientific Reports of The Faculty of Agriculture. Okayama University. p. 29
Willan RL. 1985. A guide to forest seed handling. FAO, Forestry Paper 20/2, Rome.
Wirawan, B. 2012. Sistem Perbenihan di Indonesia. Presentasi Departemen Pertanian di Bogor tanggal 17 oktober 2012.

Komentar

Postingan Populer

like and follow :)